Senin, 12 Oktober 2020

KERIS SEPUH BALEBANG MATARAM

Dhapur: Balebang
Tangguh: Est. Mataram
Pamor: Ngulit Semongko
Warangka: Ladrang Lawasan Kayu Gembol Jati ( Finishing Anyar )
Deder: Lawasan ( Finishing Anyar )
Mendak: Kuningan
Pendok: -
Panjang Wilah: 29Cm ( Tidak Termasuk Gonjo Dan Pesi )
Gonjo: Nyumber
Empu: Brahma Kadhali

Menguak Sejarah..
Keris Dhapur "BALEBANG, adalah nama jenis Keris dengan ukuran panjang bilahnya sedang, biasanya memakai ada-ada. Keris ini mempunyai ricikan lain seperti, kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan sraweyan, selain itu tidak ada ricikan yang lainnya.

FILOSOFI,ada yang bependapat Nama Balebang berasal dari kata Bale (bangunan) Kambang (terapung di atas air), yaitu bangunan yang terdapat pada bagian tengah kolam yang digunakan untuk kepentingan anggota kerajaan. Kedua unsur kata “Bale” dan “Kambang” tersebut tidak bisa dipisahkan karena keduanya merupakan satu kesatuan yang menunjukkan satu bangunan tertentu. Bale Kambang dulunya adalah merupakan tempat menyepi untuk mendekatkan pada Sang Hyang Widi Wasa dalam mendapatkan wahyu demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya serta memohon untuk dijauhkan dari bencana alam dan sebagai peristirahatan pribadi untuk menenangkan pikiran dengan para istri atau selir-selir dari raja-raja, mulai dari jaman Kediri dimasa Dhandang Gendhis sampai pada jaman Mataram Yogyakarta HB VII.

Dalam kajian semiotiknya Bale Kambang dipengaruhi konsep kosmologi Hindu tentang alam semesta, dimana disebutkan bahwa alam semesta itu bepusat pada Gunung Mahameru yang dikelilingi oleh tujuh lautan dan tujuh pegunungan secara berselang-seling. Bale atau bangunannya dianggap sebagai Gunung Mahameru, sedangkan air kolam yang mengelilingi bangunan merupakan lautan yang mengelilingi Gunung Mahameru, dan tepi kolam yang meninggi dapat dianggap sebagai rangkaian pegunungan yang mengelilingi Gunung Mahameru.

Keberadaan Bale Kambang yang biasanya terdapat pada kebudayaan Jawa-Hindu tetap berlanjut pada era Kerajaan Islam di Pulau Jawa. Hal tersebut sepaham dengan prinsip tujuan pembangunan bangunan tersebut oleh Keraton Islam sebagai tempat kontempelasi atau semedi, merupakan salah satu perlengkapan magis-religius Raja-Raja di Jawa yang memiliki tujuan untuk memperoleh berkah Dewa-Dewa atau mengetahui kehendak Yang Maha Kuasa, atau dengan kata yang lebih lazim untuk bisa melihat ke masa depan. Selain itu kontempelasi atau mukasyafah, merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Kaum Sufi untuk mencari kedekatan dan hubungan langsung dengan Allah, kedekatan tersebut dapat berupa iluminasi visioner (kurang lebih memiliki arti jawa weruh sakdurunge winarah, mengetahui sesuatu sebelum peristiwa itu terjadi)

Bale Kambang memiliki dua unsur yang utama, yakni bangunan dan air. Pada kepercayaan Islam, air merupakan unsur yang penting dan apabila dikaitkan dengan tata letak bale kambang itu sendiri, yaitu di taman-taman keraton yang digunakan sebagai replika dari surga. Karena di dalam Al-Quran pun terdapat gambaran surga yang dilengkapi dengan unsur air di dalamnya. 
Misalnya : … bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, …… dan mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah (2) : 25).

Tak heran dhapur Balebang dipercaya mengejawantahkan ketentraman rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah, kondisi jiwa fisik dan emosional yang adem ayem, dijauhkan dari hal-hal yang kurang baik, serta kebahagiaan lahir dan batin tanpa kekurangan apapun, sesuai dengan perwujudan jumlah luknya sebagai Pitulungan (pertolongan) Yang Maha Kuasa.
Untuk Info Pemesanan dan Konsultasi Lebih Lanjut Silahkan Melalui Admin Berikut Wa/ Tlfn/ Sms: 082143600201

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keris Brojol Pakualaman Tri Pamor Gonjo Sumber Wasilah Kerejekian

Jenis Pu saka Ke ris Lurus Dhapur Brojol Tri Pamor ( Tirto Tumetes, ...